Survei LSI: 76,3 Persen Pemilih Jokowi Akui Ekonominya Memburuk

“Hanya sebesar 18,4 persen yang menyatakan kondisi ekonomi mereka sama saja atau tidak berubah,” ujarnya.

Sementara itu, pada segmen pemilih PDIP, partai pemenang pemilu, sebanyak 77,8 persen menyatakan bahwa ekonomi mereka memburuk. Pada konstituen Golkar, sebanyak 74,2 persen menyatakan ekonomi mereka memburuk. Pada segmen pemilih PKS, yang biasanya pemilih muslim kelas menengah yang tinggal di kota, sebanyak 70,7 persen menyatakan bahwa ekonomi mereka memburuk.

“Mereka yang menyatakan kondisi ekonomi memburuk juga mayoritas di pemilih Jokowi-Maruf maupun pemilih Prabowo-Sandiaga Uno. Di pemilih Jokowi-Maruf, sebanyak 76,3 persen menyatakan ekonomi mereka memburuk. Sementara di pemilih Prabowo-Sandiaga, sebanyak 74,2 persen menyatakan kondisi ekonomi mereka memburuk di tengah pandemi COVID-19,” katanya.

Enam bulan dilanda pandemi Covid-19, tingkat kecemasan publik atas kondisi ekonomi mereka berada di zona merah. Mayoritas mereka menyatakan ekonomi mereka memburuk (diatas 70 persen), dan mayoritas khawatir bahwa mereka tak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokok mereka (diatas 80 persen).

“Sepanjang LSI Denny JA melakukan survei opini publik sejak tahun 2003, tak pernah ada kecemasan publik setinggi ini,” tutur Ardian Sopa.

Karena itu, menurut Ardian, pemerintah sebaiknya menghindari untuk membuat kebijakan yang makin memperburuk kondisi ekonomi warga. Kondisi masyarakat saat ini, ibarat rumput kering yang mudah terbakar. Sebab persepsi publik berpotensi mengubah krisis kesehatan menjadi krisis sosial dan politik.

“Pemerintah dibantu sektor swasta sebaiknya fokus untuk mengerahkan segala upaya menghidupkan kembali sentra-sentra ekonomi,” katanya.

Diketahui, survei tersebut dilakukan LSI Denny JA secara tatap muka pada 8-15 Juni 2020, menggunakan 8.000 responden di 8 provinsi besar di Indonesia, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Provinsi Bali. Sementara margin of error sekitar 2,05 persen. Survei menggunakan riset kualitatif (analisis media dan indepth interview) untuk memperkuat temuan dan analisa. (*)