Sedih dan Lapar: Ada Apa dengan Lebaran 1960-an dan 2020?

Lalu bagaimana situasi politik saat itu? Abdul Hadi menjawab situasi juga sangat tak menentu, Dan ini memuncak sampai beberapa tahun kemudian, yakni pada peritiwa berdarah G30S PKI di 1965.’’Jadi dalam masa rentang tiga tahun dari tahun 1962, kondisi politik sangat panas. Persaingan ideologi menjadi. Perpecahan di mana-mana.”

 

Tak hanya itu saja, ungkap Abdul Hadi, organisasi masa, termasuk ormas Islam banyak yang pecah. “Seingat saya ormas semacam Pelajar Islam Indonesia (PII) pecah dua, yang satu pro gerakan komunis yang satunya antikomunis. Singkat kata udara terasa serba panas dan terasa sekali suasana  akan terjadinya pertumpahan darah yang tidak tahu kapan meledaknya.”

Yang paling unik, kisah Abdul Hadi, Bung Karno juga sibuk turun menenangkan suasana. Kritikan dari media massa luar negeri yang mengatakan rakyat Indonesia kepalaran ditolaknya metah-mentah. Kala itu dia sibuk ke luar masuk warung, restoran, dan tempat makan di ibu kota bersama para wartawan. Rupanya Bung Karno ingin menunjukan kepada dunia bahwa kabar rakyat yang kelaparan hanya isapan jempol kekuatan ‘Nekolim’ barat.

‘’Bahkan seingat saya, pada sekitar tahun 1964 ada lagu karya Bung Karno: ‘Ayo Bersukaria’. Lagu ini sangat terkenal karena dinyanyikan para penyanyi top seperti Bing Slamet, Titiek Puspa, Rita Zahara, dan Nien Lesmana.Saya sedikit ingat sepenggal liriknya: Siapa bilang bapak dari Blitar, Bapak itu dari Prambanan. Siapa bulang rakyat kita lapar, Indonesia banyak makanan,’’ ujar Abdul Hadi dengan nada ringan dan sedikit terkekeh.  Lagu lain yang kala itu terkenal adalah lagu soal Manipol Usdek dengan jargon gayang kepala batu.

Muhammad Subarkah

Dan ketika hendak mengakhiri pembicaraan Prof Hadi kembali mengatakan situasi sekarang yang terjadi memang amat mirip dengan tahun-tahun pasca penyelenggaran Asian Games  tahun 1962. Dia mengaku kalau ingat situasi itu dia merasa sedih.

‘’Maka bersatulah wahai rakyat Indonesia. Hanya itu yang membuat kita tahan menghadapi tantangan kehidupan,’’ tegasnya. (end/Sumber: RepublikaOnline)

Penulis: Muhamad Subarkah, Jurnalis Senior Republika