Derek Manangka: Membaca ‘Konflik’ Jend. Gatot dan Tito

Sebaliknya, ketika di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pihak Polri mengeluh. Karena yang ditugaskan memberantas GAM (Gerakan Aceh Merdeka) seperatis di Aceh adalah Biegade Mobil (Brimob) dari kesatuan Polri. Padahal Brimob tidak punya pengalaman menghadapi kekuatan bersenjata separatis.

Dengan melihat latar belakang ini, sudah seharusnya Gatot Nurmantyo dan Tito Karnavian yang masing-masing pimpinan tertinggi di kesatuan masing-masing, berpikir secara reformatif.

Sebagai masukan dari orang yang hanya mengenal jabatan Panglima TN dan Kapolri dari kejauhan, saya tertarik memberi catatan bagi Jenderal Gatot Nurmantyo dan Jenderal polisi Tito Karnavian.

Mas dan Bro Jenderal…….semestinya kalian bersyukur, karena reformasilah, maka kalian berdua bisa mencapai posisi tertinggi di angkatan kalian.

Andaikata tidak ada reformasi dan kalian tidak melakukan KKN, mungkin sampai saat ini kalian masih berpangkat kolonel.

Tanpa reformasi, posisi pimpinan yang kalian rengkuh, mungkin tak akan bisa kalian raih. Sebab tidak ada uji kelayakan dan kepatutan di parlemen (fit and proper test). Yang ada hanya lah prosedur KKN.

Kalian berdua menempati posisi sekarang melalui sebuah prosedur yang bermartabat.

Jadi jagalah martabat sekaligus kepercayaan itu.

Sebaliknya akuilah bahwa buah reformasi 1998, sekalipun positif tetapi juga ada virus-virus negatif yang menempel di dalamnya.

Dan kalau cara berpikir reformatif itu dilakukan, Jenderal Gatot Nurmantyo perlu melihat persoalan besar yang pernah dihadapi ABRI atau TNI AD di era Orde Baru.

TNI pernah dipecah bela oleh issue TNI “Ijo” dan TNI “Merah Putih”.

Terbelahnya TNI AD saat itu, lebih banyak disebabkan oleh tergiurnya sejumlah jenderal untuk berkecimpung dalam dunia politik.

Semoga terbelahnya TNI akibat politik apalagi yang bermuatan SARA, tidak berulang.

Sebab jika hal ini terulang atau berulang, konsekuensinya sangat destruktif.

Atau terpecahnya TNI maupun terjadinya konflik antara TNI dan Polri, berpotensi untuk ditunggangi oleh kekuatan yang tidak menginginkan NKRI tetap utuh.

Perpecahan dan konflik ini bisa saja ditumpangi oleh agen rahasia asing apakah itu CIA, KGB, Mossad san M16 untuk menghancurkan Indonesia.

Negara-negara yang diwakili para agen rahasia itu, pasti melihat perpecahan dan konflik di Indonesia, merupakan peluang bagi negara yang mereka wakili untuk menyuplai persenjataan atau alat perang.

I am so sorry bro Jenderal, saya hanya berandai-andai. [***]

Oleh; Derek Manangka, Penulis adalah wartawan senior [kl/rmol]

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-berhati-hati-harta-haram-di-muamalat-anda-pelajari-buku-muamalah-kontemporer-ini.htm