Dr. Tony Rosyid: Jika Jokowi Tak Calon Presiden Lagi

Tapi, orang-orang kepercayaan, termasuk Harmoko, minta Pak Harto terus lanjut. Calon lagi. Rakyat masih menginginkan, katanya. Pak Harto pun percaya. Semangat muncul kembali. Beliau berkata; situasi sedang krisis. Tak mungkin saya lari. “tinggal gelanggang nyolong playu”. Meninggalkan keadaan yang saya masih harus turut bertanggung jawab. Dan, Pak Harto jadi presiden lagi. Untuk yang ketujuh kali. Hanya dua bulan setelah dilantik, Pak Harto jatuh. Bahkan tersungkur dalam caci maki dan sumpah serapah rakyat.

Rakyat lelah dan tak lagi percaya. Insting Pak Harto merasa. Apalagi Ibu Tien. Tapi, orang-orang dekatnya terus menghiba. Dan akhirnya, Pak Harto sendirian menghadapi kejatuhan. Semua teman lari dan menjauhinya.

Tragedi jatuhnya Pak Harto mesti jadi pelajaran. Ketika rakyat tak lagi suka dan percaya, siapapun jangan memaksakan diri. Habibie mengalami hal yang sama. Kecerobohannya membuat referendum Timor Timur, membuat rakyat kecewa. Laporan pertanggungjawaban Habibie ditolak oleh 355 anggota MPR. Habibie pun tak bisa maju sebagai calon presiden.

Kasus yang sama dialami Megawati. Rakyat tak puas atas kepemimpinanya. Mega tahu itu. Tapi nekat maju di pilpres 2004. Mega kalah. Hanya memperoleh suara 39,38%. Kalah dari mantan menterinya sendiri yaitu SBY yang memperoleh suara 60,62%. Penasaran, diulang lagi tahun 2009, Mega kalah lagi. Kali ini lebih telak, dengan suara 26,79%. Sementara SBY dapat suara 60,8%.

Di era demokrasi, rakyat jadi pemegang hak suara. Trend suara rakyat bisa dibaca. Berbagai lembaga survei menyajikan. Hasilnya tak jauh beda. Kecuali survei abal-abal yang jual kebohongan untuk menyenangkan si majikan.