Eros Djarot: Ajari Rakyat Membaca Perekonomiannya

Secara garis besar, mayoritas dari mereka merasa cerita surgawi mengenai perekonomian kita oleh para pembantu Presiden Jokowi, justru terasa tak sedap. Mereka seakan tengah berada di tepi ‘neraka’. Tabungan terbakar hangus. Rumah gadai pun menjadi teman akrab para ibu rumahtangga. Hingga terlontar pertanyaan yang mengandung keluhan sangat mengenaskan, “Pak, kalau barang-barang kami sudah habis tergadai, apa harus menggadaikan diri kami?” Saat itu juga, saya sungguh berharap Bung Darmin Nasution, Sri Mulyani, dan Rini Sumarno, berada di samping saya dan menjawab pertanyaan yang sangat manusiawi tapi cukup mendasar ini.

Dalam kaitan pertanyaan yang terdengar vulgar tapi jujur ini, saya hanya ingin mengingatkan Pak Jokowi dan para menteri pembantunya yang berada di wilayah kerja ekonomi, begitulah realita rakyat kebanyakan yang hidup di perkampungan di seluruh pelosok tanah air. Saya jamin ini bukan hoaks, karena saya pun salah satu warga yang ingin dan berharap pemerintahan Jokowi berjalan baik dan gemilang.

Akan tetapi bila terbuai oleh laporan angka-angka yang tidak ada hubungannya dengan realita kehidupan sehari-hari rakyatnya, saya mulai khawatir keadaan yang seperti bara dalam sekam ini akan membakar sekejap selimut politik pembenaran yang menutupinya. Dan keadaan chaos yang sangat tidak kita harapkan, berpotensi terjadi. Harap diingat, sejumlah ‘kompor politik’ yang sudah mulai dihidupkan dimana-mana oleh para tokoh yang menyebar agenda ‘benar atau salah, pokoknya Jokowi salah’, sudah mulai terasa kehadirannya.

Berkonsentrasi pada infrastruktur fisik seputar pembangunan tol, jembatan, jalan layang, berikut sarana transportasi penunjang yang dicanangkan dan digelar Jokowi, sungguh merupakan kinerja yang patut kita syukuri dan banggakan. Akan tetapi gagal dalam membangun infrastruktur perekonomian rakyat kebanyakan, bisa jadi segalanya akan kembali ke titik zero, bahkan lebih buruk dari itu.

Semoga para pembantu presiden di bidang ekonomi rajin-rajin turun ke kampung-kampung dan dengan rendah hati mau mendengar langsung amanat penderitaan rakyatnya!(kk/kf)