Jangan Sampai Indonesia Chaos

Eramuslim.com – Ada hantu berkeliaran di Indonesia—hantu bernama chaos. Semua kekuasaan di negeri ini telah menyatukan diri dalam suatu ‘persekutuan keramat’ untuk mengusir hantu ini: Elit negeri dan Pemuka agama yang dekat dengan istana, kaum bangsawan, intelektual, dan aktivis penjilat penguasa, beserta aparat alat kekuasaan.

*

Kalimat di atas terinspirasi kalimat pembuka Manifesto Komunis tulisan Marx dan Engels yang menggegerkan jagad Eropa di abad pertengahan. Saat itu, elit penguasa didukung sepenuhnya oleh kaum bangsawan (feodal), para pemuka agama yang lebih menuhankan harta dan jabatan duniawi ketimbang panggilan suci ketuhanan, intelektual yang rakus penjilat pantat penguasa yang melacurkan keilmuannya demi uang dan terus-menerus menipu rakyat dengan jargon-jargon yang kelihatan ilmiah, aktivis yang menukar akidah jalanan dengan kue kelezatan istana, dan terakhir aparat keamanan yang patuh setia digerakkan penguasa untuk menembak kepala rakyatnya sendiri.

Eropa abad pertengahan adalah Eropa yang gelisah. Sangat gelisah. Rakyat benar-benar tidak puas dengan kelakuan penguasa yang sudah tidak memiliki urat malu. Eric Hoffer, sosiolog penulis “The True Believer” (Gerakan Massa), mengistilahkan kejiwaan rakyat Eropa  sebagai “Tumpukan jerami kering yang siap menyambut letikan api perubahan yang sanggup membakar seluruh negeri’.

Dan ketika korek api dilempar ke tumpukan jerami kering itu, api cepat berkobar, membakar dan menghanguskan seluruh isi gudang.

“Dalam setiap perubahan, menyangkut gerakan massa, sejarah telah mengajarkan kepada kita jika semua perubahan selalu dilakukan oleh lapis teratas dan paling bawah suatu tatanan masyarakat. Elit yang tidak puas, bersatu dengan rakyat dari kalangan terbawah yang juga menyimpan asa akan suatu perubahan radikal, melewati masyarakat kelas menengah yang biasanya akan mendukung angin yang sedang bertiup,” demikian Hoffer.

Indonesia hari-hari ini adalah Indonesia yang tengah menderita demam berkepanjangan. Suhu tubuhnya tinggi, namun dipaksa bekerja tiap hari demi mencari sesuap nasi.

Sejak keterbelahan rakyat yang begitu dalam yang dimulai sejak sepuluhan tahun lalu, yang tidak juga sembuh walau Prabowo telah bermesraan dengan Jokowi, sampai hari ini, keadaan penghidupan rakyat kebanyakan di Indonesia semakin memprihatinkan. Negara dikelola elit secara ugal-ugalan, bagai laju metromini di tangan sopir tembak yang kejar setoran dan ‘rapet’ dengan metromini lainnya di depan atau belakangnya, kejar-kejaran, tak peduli dengan rambu lalu lintas dan keamanan orang-orang sekitarnya. Diam-diam rakyat merasakan itu.