Usai Serangan di Christchurch, Warga Selandia Baru Banyak Jadi Mualaf

Ketika menyambangi masjid tersebut, saat itu Lovelady belum memeluk agama Islam. Rasa solidaritasnya yang tinggi terhadap perbedaan, membuat ia ikhlas ikut menjaga masjid dari orang yang ingin menghancurkannya.

“Saya ingin bergabung untuk melakukan gerakan (salat) tetapi saya tidak tahu bagaimana – jadi saya hanya berdiri di sana dan saya menangis,” katanya.

Setelah kejadian tersebut, ternyata bukan hanya Lovelady yang terpanggil hatinya untuk jadi mualaf. Namun, beberapa warga lainnya pun banyak yang akhirnya Mualaf.

Mereka banyak yang tersentuh oleh keindahan dan ketabahan umat Muslim saat mendapatkan cobaan yang sangat menyedihkan.

Imam Thanvi mengatakan, dalam beberapa minggu setelah serangan itu, tiga hingga lima orang dalam sehari telah megucapkan dua kalimat syahadat di sebuah masjid Wellington. Setelah itu, hampir setiap bulannya sekitar satu atau dua hari juga ada yang jadi Mualaf.

Di Manawatu, Ketua Asosiasi Muslim setempat, Zulfiqar Buton, juga bertemu enam orang mualaf bahkan lebih. Sedangkan di Otago, juga terjadi hal serupa.

Menurut Tahir Nawaz, presiden Asosiasi Muslim Internasional Selandia Baru, jumlah Muslim Selandia Baru telah mencapai hampir 60 ribu orang. (Okz)