Akal Yang Tidak Tunduk pada Syahwat

Eramuslim.com – Wahai para pencari jalan menuju Allah Ta’ala, pahamilah tabiat nurani, akal, dan dirimu. Dengannya, kalian akan menemukan jalan yang paling tepat untuk mengenal Allah Ta’ala. Sebaliknya, jika engkau luput memahami diri, keterjerumusan sudah pasti menjadi akhir kehidupan yang kau dapati.

Tidaklah seseorang selamat, kecuali lantaran ilmu yang mampu mencegahnya dari perbuatan yang menjerumuskannya menuju kebinasaan. Ketahuilah, ada tiga ciri akal yang tidak tunduk pada syahwat. Jika tiga ciri ini tidak dimilki oleh seseorang, maka ia termasuk pribadi yang tunduk dan menghamba pada hawa nafsunya.

“Ketahuilah,” tutur Imam al-Harits al-Muhassibi, “segala hal yang tidak mengandung tiga hal ini adalah akal yang lemah.”

Menjelaskan makna ‘akal yang lemah’, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah mengatakan, “Akal yang lemah adalah akal yang tunduk pada keinginan hawa nafsu (syahwat).”

Utamakan Taat daripada Maksiat

Dua hal ini saling berkebalikan. Tidaklah seorang hamba melakukan ketaatan, kecuali dia menghindar dan jauh dari maksiat. Amat mustahil seorang hamba berada dalam taat jika kebiasaannya adalah melakukan perbuatan sia-sia, dosa, dan maksiat.

Orang yang menyelisihi nafsunya, ia akan senantiasa bergegas dalam ketaatan. Dengan kesibukan di jalan taat itu, melirik maksiat pun tak sempat, apalagi terjun dan aktif di dalamnya.

Prioritaskan Ilmu daripada Kebodohan

Ilmu sejati bukan sekadar pengetahuan. Ialah sesuatu yang membuat seorang hamba semakin takut kepada Allah Ta’ala. Itulah sejatinya ilmu, yang membuat seorang hamba disebut oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya sebagai ulama. Jadi, gelaran ulama bukan pemberian manusia, tapi disematkan oleh Allah Ta’ala melalui Kalam Suci-Nya.