Maut adalah Pemberi Nasihat Terbesar, Begini Kata Orang-Orang Bijak

Jalan petunjuk telah tampak bagimu. Betapa sedikitnya perhatianmu untuk membawa bekal bagi perjalanan jauhmu dan situasimu yang sulit dan berat. Apakah kau tak tahu, wahai orang yang tertipu, bahwa pasti kau pergi menuju hari yang sangat berat keadaannya, dan hari itu ucapan seseorang jadi tidak berguna. Apa yang telah diperbuat oleh tangan dan kedua kaki, apa yang diucap oleh mulut dan diperbuat oleh anggota tubuhmu akan disodorkan kepadamu di hadapan Sang Raja Diraja. Jika Allah menyayangimu, maka kau ke suga, namun bila tidak, pasti ke neraka.

Wahai jiwa yang lalai dari keadaan-kcadaan ini, sampai kapan kelalaian dan kelambananmu? Apa kau kira masalah ini kecil? Apa kau sangka hal ini remeh? Kau kira keadaan sekarang akan membantumu saat tiba hari kepergianmu, atau hartamu dapat menyelamatkanmu saat amal-amalmu menghancurkanmu atau rasa sesal cukup bagimu saat kakimu tergelincir (di atas Shirath), atau kelompokmu akan mengasihanimu di padang mahsyar? Sekali-kali tidak. Demi Allah, buruk sekali persangkaanmu itu. Kau harus mengetahui, kau tak puas dengan hidup berkecukupan, tidak kenyang dari yang haram, tidak mendengar nasihat, dan tidak takut dengan ancaman.

Kebiasaanmu adalah berkubang dengan hawa nafsu, dan terjerumus ke dalam kegelapan. Kau bangga dan takjub dengan harta yang kau timbun, dan tak ingat apa yang akan kau hadapi. Wahai yang tidur dalam kelalaian dan yang terjaga dalam keterpurukan, sampai kapankah kelalaian dan kelambananmu ini? Apa kau kira kau akan dibiarkan begitu saja dan tidak dihisab esok hari? Apa kau sangka maut menerima sogokan?

Sekali-kali tidak, demi Allah! Maut tak dapat ditolak dengan harta dan anak cucu. Tak berguna kecuali amal yang baik.

Beruntunglah orang yang mendengar dan sadar, melaksanakan apa yang didakwahkan, menahan diri dari hawa nafsu, tahu bahwa orang yang beruntung adalah orang yang memelihara diri (dari dosa), dan tahu bahwa manusia tidak memiliki apa pun kecuali yang diusahakannya, dan usahanya itu akan diperlihatkan.

Berhati-hatilah terhadap orang-orang yang tidur ini! Jadikanlah amal saleh sebagai bekal! Jangan kau khayalkan suga, sementara kau berkubang dalam dosa dan melakukan perbuatan orang-orang jahat! Selalulah merasa diawasi (muraqabah) Allah dalam kesunyian, jangan tertipu oleh angan-angan, dan berzuhudlah! Mereka mendendangkan syair:

Berbekallah untuk perjalanan ke tempat kembali
Berdirilah karena Allah dan beramallah dengan bekal yang terbaik
Jangan kau menumpuk harta dunia, sebab harta yang dikumpulkan akan sirna
Apakah kau mau berada di samping orang-orang yang
memiliki bekal, sedangkan kau sendiri tidak berbekal?

Penyair yang lain mengatakan:

Jika kau tak pergi dengan bekal takwa
dan setelah mati bertemu dengan orang yang telah berbekal
Kau kan menyesal karena tidak seperti dirinya
sebab dulu kau tidak waspada sebagaimana ia waspada!” [Miftah H. Yusufpati/sindonews]