Musibah Terbesar Seorang Muslim, Tapi Banyak yang Tidak Menyadarinya

Sungguh, musibah terbesar bagi kaum Muslimin bukan itu. Seorang Muslim sejati tidak pernah sedih dengan dunia atau pernak perniknya. Orang Muslim tiada pernah galau atau khawatir dengan hal-hal remeh yang sedikit atau tiada manfaatnya.

***

Dr ‘Umar ‘Abdul Kafi mengutip sebuah riwayat dalam Al-Wa’dul Haq. Ialah terkait Ummu Aiman yang kerap menangis setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam wafat. Saat ditanya, beliau menjawab, “Aku menangis bukan hanya karena ditinggalkan Nabi, tapi karena terputusnya wahyu dari Allah Ta’ala.”

***

Inilah yang seharusnya menjadi kesedihan paling besar bagi seorang Muslim. Inilah yang selayaknya menjadikan kita bersedih atas nama Islam dan iman. Inilah alasan yang dibenarkan jika kita harus bersedih dan berpedih hati.

Sebab setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, wahyu tidak diturunkan lagi. Setelah itu, selesailah tugas malaikat Jibril ‘Alaihis salam yang saban waktu turun ke bumi untuk menyampaikan pesan dari Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad dan umatnya.

Setelah itu, para sahabat harus berdiskusi jika ada masalah yang terjadi padahal sebelumnya mereka hanya perlu mendatangi Nabi untuk menanyakan solusi yang paling jitu atas seluruh persoalan yang terjadi.

Sayangnya, kita tidak pernah merenungkan kejadian ini. Sayangnya, kita terlalu sibuk dengan dunia hingga tidak menganggap kejadian ini sebagai musibah terbesar bagi kita, orang Islam dan kaum Muslimin.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]