Oase Iman

Subhanallah, rupanya Allah hari ini telah mengingatkan aku melalui bu Yuyun, guru ngaji anakku akan ketulusan dan keikhlasan. Tentu saja bu Yuyun lebih memilih keuntungan yang akan didapat dalam ‘perniagaannya’ dengan Allah.

“Nak, mulai besok kalian tidak usah sekolah lagi ya? Bapak sudah tidak punya uang untuk biaya sekolah kalian…” suara parau itu pun akhirnya keluar juga. Sebenarnya, lelaki itu tak pernah sanggup untuk mengungkapkannya. Selama hampir

Ternyata, Nariyah memang punya jiwa besar, bukan sosok pendendam. Baginya, cukup hadirnya suami memberikan kebahagiaan tersendiri baginya.

Kadang tanpa disadari kekerasan hati saya pun menahan saya untuk tidak bertindak lebih bijak walau semua itu dimaksudkan untuk mendidiknya agar jadi anak shaleh.

Aku melihat bi Onah juga adalah sosok orang yang isteri salihah, orang yang jujur, dan ibu yang baik bagi anak-anaknya sehingga Allah memudahkan pertolongan-Nya, dan menggerakkan hati ini untuk menolong.

Kedekatan kami berawal justru karena ketidaksukaanku kepada etnis tertentu, yang kupikir mengalir di dirinya. Ternyata aku salah besar.

Betapa hebat kekuatan basmallah. Hingga akhirnya hidayah itu datang dan syahadat diikrarkan. Ia percaya, dari kalimat basmallah jalan menuju hidayah terbuka.

Keikhlasannya untuk tetap tersenyum telah menggantikan sebuah suasana yang tidak menyenangkan. Aku belum mampu seperti dia.

Kami pun membeli beberapa dagangannya, setidaknya meringankan beban di pundaknya serta menghapus keraguannya untuk kembali ke rumah tanpa khawatir terkena marah bapaknya. Entong berjalan ceria sambil tangannya sibuk menghitung laba yang tak seberapa.

Jika mungkin saya boleh memilih, ingin rasanya menemaninya setiap saat, ingin mendampinginya dalam setiap kesempatan suka dan dukanya.