Membaca Strategi Geopolitik Inggris Lewat Raffles

Dan tiga minggu kemudian, buku The History of Java, diterbitkan dalam dua volume. Buku ini dipersembahkan untuk Pangeran Regent, yang di mata Raffles pastilah dipandang sebagai “pembuka jalan” bagi terwujudnya obsesi-obsesi besarnya tentang kejayaan Inggris sebagai negara imperialis dunia. Terutama di kawasan Timur Jauh.

Bagi Raffles ini bukan hal yang berlebihan. Karena dalam pandangan Pangeran Regent pada saat resepsi di kediamannya pada Mei 1817, Raffles digambarkannya sebagai sosok yang berjasa besar bagi negara Inggris. Dan lewat momen itulah Raffles dianugrahi gelar kebangsawan. Sejak itu, dia bergelar Sir Stamford Raffles.

Koneksi dan jaringann Raffles yang mendukungnya secara total dalam program risetnya tentang Jawa dalam segala aspeknya, menggambarkan betapa besarnya peran lembaga lembaga studi/think thank, maupun funding funding dari yayasan nirlaba di Inggris, dalam membantu program kolonialisasi Inggris di berbagai kawasan dunia.

Inilah Perang Nir-Militer atau Perang Asimetris ala Inggris. Menaklukkan sebuah negara di sektor sosial-budaya. Termasuk di bumi nusantara Jawa yang kelak bernama Indonesia pada 1811-1816. Meskipun pada mulanya didahului dengan penaklukkan secara militer.

Menariknya, Raffles, dengan segala bakat dan minat besarnya pada dunia keilmuan, jadi pas untuk didorong sebagai aktor utama dalam memainkan peran skema imperialisme budaya ala Inggris tersebut.

Meski resminya, merupakan pejabat birokrasi pemerintahan Inggris di negara negara jajahan seperti Inggris dan Jawa-Indonesia, karakter Raffles yang eksploratif dan punya ketekunan mendalami Ilmu Pengetahuan Sejarah dan budaya timur, secara de fakto telah menempatkan Raffles kelak dalam deretan para orientalis asing yang menekuni studi studi tentang daerah daerah di nusantara.

Raffles dan Nilai Strategis Singapore Secara Geopolitik

Tadi sempat disinggung sekilas mengenai memorandum mengenai strategi Inggris menghadapi Belanda dalam persaingannya mencaplok wilayah-wilayah strategis di kawasan Asia Tenggara. Salah satu gagasan yang mencuat dalam memorandum Raffles yang diajukan kepada George Canning adalah, harus diciptakan sebuah wilayah di luar Penang dan Bengkulu, yang bisa membendung ekspansi Belanda di kawasan Asia Tenggara. Karena pada waktu itu, Belanda praktis sudah menguasai Jawa dan Sumatra. Dan beberapa daerah lain di nusantara seperti Maluku, Bali dan sebagainya.