Keluarga Cheriatna, Profil Sukses Keluarga Sehat Lewat Bisnis

Kesehatan adalah nikmat yang tiada duanya. Dengan sehat, kita bisa melakukan kegiatan apapun, bekerja, berolahraga, bersosialisasi, dan lain-lain. Namun, lebih asyik kalau sehat sambil berbisnis. Bagaimana caranya? Tanyakan kepada keluarga Cheriatna.

Adalah Farida Ningsih, pemenang Agen Seribu Sunlight yang pernah tampil di televisi bersama Krishna Mukti sambil memperagakan hebatnya mencuci piring dengan sabun pencuci tersebut. Saat itu, sosok Farida sempat menjadi panutan ibu-ibu yang sukses mengelola bisnis dari rumah, bahkan Becky Tumewu pun tak melewatkan wawancara eksklusif dengannya. Kesuksesan Ibu Farida tidak diraih begitu saja dan tidak berhenti sampai di situ. Sebelumnya, Farida menjalani berbagai macam bisnis, mulai dari jual beli rumah, wedding organizer, hingga yang terakhir, bisnis makanan organik, semua dilakukan bersamaan, dan dilakukan secara online. Melalui bisnis makanan organik, dua tahun kemudian, ia bersama suami menapaki kesuksesan yang tak pernah diimpikannya.

Cheriatna Bitha, orang mengenalnya dengan nama tersebut. Nama Cheriatna mungkin tak asing bagi ratusan bahkan ribuan teman di situs jejaring Facebook yang bergabung dengan page ‘Klub Sehat. Langsing, dan Cantik’ atau ‘Bisnis dari Rumah’, atau mungkin lebih banyak orang yang telah meng-klik blog Melilea-Jakarta (melilea-jakarta.blogspot.com), ini adalah sederetan dari sekian banyak bisnis online yang dijalani Cheriatna bersama istri, Farida Ningsih.

Marketing online adalah profesi yang diakui sedang digeluti oleh Cheriatna dan istri. Mereka berdua bahu-membahu mencapai tangga kesuksesan lewat bisnis online. Tak heran, karena berhasil menggaet member hingga 500 orang dan menghasilkan omset belasan juta rupiah dalam sebulan, Cheriatna dinobatkan menjadi direktur di Melilea, perusahaan MLM yang bergerak dalam produksi makanan organik.

Sebenarnya, Cheriatna mengaku, ia tak suka dengan metode MLM, ketika ditawari bergabung pun, ia mengatakan hanya akan mengkonsumsi produk tersebut dan merasakaan manfaatnya. Namun, setelah setahun mengkonsumsi, ia rasakan perubahan pada dirinya dan istri. Cheriatna tak lagi sering terkena flu, penyakit wasir yang dideritanya pun hilang, sementara wajahnya dan istri pun terlihat lebih cerah. Ia dan istri pun mulai yakin untuk memasarkan produk makanan organik tersebut secara massif lewat online. Lagi-lagi, kesuksesan diraihnya.

Perjuangan Cheriatna untuk sukses tidaklah semudah membalik telapak tangan. Bermula dari seorang teman yang mempunyai jasa arsitek, usahanya sedang mandeg, Cheriatna pun saat itu sedang dalam keadaan susah. Cheriatna menawarkan untuk membuatkan blog kepada temannya tersebut dengan PC pinjaman. Namun, hasil yang diraih sungguh di luar dugaan, omset teman arsiteknya melonjak hingga Rp5 milyar dalam setahun, Cheriatna pun mengaku mendapat fee 2% dan digunakan sebagai modal untuk membeli PC dan memulai bisnis online.

“Bersyukur kalau kita bisa menginspirasi orang lain, tapi kita memang mulainya dari kondisi minus ya. Waktu itu mulainya dari minus, kemudian mulai bisnis online yang tanpa modal. Itupun pinjam PC orang lain dulu baru online, tapi yakin bisa, eh akhirnya, Alhamdulillah,” ujar Cheriatna yang akrab dipanggil Pak Cheri.

Cheriatna kecil adalah seorang anak tukang kembang. Menjadi anak tukang kembang mendidiknya menjadi seorang yang tak kenal putus asa. Orang yang putus asa baginya adalah orang yang kurang ilmu.

“Kalau putus asa duluan, berarti dia nggak tekun, kurang ilmu. Dia mau ke Blok M, dia tahu ada Blok M. Kalau dia putus asa di jalan, nggak bakal nyampe, tapi kalau dia jalan terus, pasti nyampe. Kadang orang yang kurang ilmu, nggak yakin, karena nggak yakin, baru sampe daerah mana, dia berhenti, nggak mungkin ah sampe Blok M, dia pulang lagi. Padahal Blok M ada di depannya, tinggal 200 meter lagi,” tutur Pak Cheri yang menganalogikan kesuksesan dengan Blok M.

Karena menjadi anak tukang kembang pula, Cheriatna berkesempatan menuntut ilmu tentang berkebun di negeri Sakura, Jepang, selama 8 bulan.

“Waktu SMA, ikutin ayah, kan tukang kembang. Alhamdulillah dari tukang kembang itu saya ke Jepang. Alhamdulillah, lulus SMA, saya berangkat ke Jepang, belajar tentang pertanian. Gara-gara tukang kembang. Pemerintah kan bingung nyari anak tukang kembang, nyari utusan ke sana bingung, siapa nih. Kebetulan saya kepilih. Saya nggak duga. Ditawarin, mau ke Jepang nggak. Belajar bertani. Jarang, lho. Delapan bulan. Saya homestay, tinggal sama orang Jepang. Belajar menanam bunga,” ungkap Pak Cheri yang bertutur santai sambil sesekali diselingi tawa.

Pak Cheri berpembawaan ramah dan humoris ini telah dikaruniai enam orang anak bersama istri tercintanya. Dalam pembagian tugas rumah tangga, ia mengakui, tak sulit berkoordinasi dengan istri. Kadang Pak Cheri yang menjaga anak-anak di rumah, sementara Bu Farida bertemu klien di kantor Melilea di bilangan Simprug, Jakarta Selatan. Lain kali, bergantian Bu Farida yang menjaga anak-anak dan Pak Cheri di kantor. Namun, ketika keduanya harus di kantor, anak-anak dititipkan di rumah neneknya. Pak Cheri dan istri pun berkomitmen tidak memanjakan anak-anak dengan televisi. Selama sepuluh tahun pernikahan mereka, tak ada televisi di rumah.

“Di rumah nggak ada tivi, online tapi nggak ada tivi, jadi mereka nonton harus lewat internet. Masalah juga tapi kita hanya ngasih pandangan. Komitmen berdua, anak jangan dikasih tivi, 10 tahun nikah nggak ada tivi. Kadang kita sering ditanya anak-anak, kenapa nggak ada tivi. Kalau mau nonton kartun, nonton youtube aja,” ujar Pak Cheri berseloroh.

Meskipun tidak ada televisi, masalah pendidikan anak-anak merupakan prioritas utama Pak Cheri dan istri. “Tahap pertama saya, untuk standar hidup di Jakarta sudah terlewat. Anak-anak saya adalah amanah, bagaimana mendidik anak agar dapat bermanfaat, sekarang masih sekolah gratisan. Niatnya nggak begitu, mau yang lebih baik,” masih tutur Pak Cheri dengan gaya bahasanya yang ceplas-ceplos.

Mengenai bisnisnya, Pak Cheri menuturkan bahwa metode bisnis yang dijalaninya bukan sekadar berorientasi materi semata. “Saya mengajak orang untuk sehat,” ujarnya.

“Saya nawarin, Anda mau sehat nggak? Saya nggak nawarin bisnis. Untuk jaga kesehatan, cukup mengkonsumsi yang sehat-sehat, syaratnya, tanpa bahan kimia. Ini produk alami,” ungkap Pak Cheri.

Pak Cheri pun bercerita tentang manfaat makanan organik yang memang cocok dikonsumsi oleh manusia karena manusia berasal dari tanah dan cocok dengan hal-hal yang berasal dari tanah.

“Masalahnya, sekarang ini manusia banyak yang serakah. Ingin produksi banyak, dia pakai pupuk kimia, pestisida, dalam proses tanam, akhirnya kita konsumsi. Dalam jangka waktu panjang, tubuh kita sebenarnya menolak, nggak bisa mencerna. Dan itu merusak sel-sel tubuh kita, dalam proses pembuatan pasca panen, orang masukin pemanis, perasa, pengawet, dsb, makin banyak racun-racun yang kita konsumsi,” ujarnya.

Produk yang ditawarkannya tersebut diakui oleh salah seorang ustadz salah satu partai Islam yang juga anggota legislatif di daerah Madiun, Jawa Timur, sebagai makanan surga. Kenapa? Karena makanan organik bersih dari pencemaran dan kalau orang mengkonsumsi makanan tersebut, ia akan sehat. Inilah yang dibuktikan oleh Cheriatna dan keluarga. Cheriatna pun semakin gencar mempromosikan produk tersebut bahkan kini anak-anaknya pun mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan organik dari Melilea.

Produk Melilea dibudidayakan di sebuah tempat terpencil di California, AS. Tidak boleh ada satu kendaraan pun yang lewat di daerah pegunungan tersebut. Walhasil, petani di sana hanya merawat tanaman dengan cacing tanah, namun tetap mengemasnya dengan peralatan modern, salah satunya dibuat dalam bentuk bubuk sehingga mudah dikonsumsi.

Mengenai asal produk tersebut yang dari Amerika, Pak Cheri mengatakan bahwa banyak negara muslim yang mengadaptasi dan menggemari hal-hal buruk dari Barat, contohnya fastfood. Namun, hal-hal baik dari negara modern jarang ditiru. Hal inilah yang mendasari Pak Cheri tetap mengkonsumsi makanan organik, namun ia pun mengakui, kalau ada negeri muslim yang dapat memproduksi hal serupa, tentu ia akan beralih.

Sukses Pak Cheri tidak berhenti sampai di sini. Ia pun merancang target-target baru demi kesuksesan berikutnya. Dengan motto bekerja adalah bagian dari ibadah, Pak Cheri pun tak sungkan membagi-bagikan ilmu suksesnya kepada teman-teman yang ingin belajar darinya, dengan harapan keluarga muslim lainnya pun menyadari pentingnya kesehatan dan juga dapat meraup untung dari bisnis sehat. (Ind)