AADA: Ada Apa Dengan Amerika (Bag.I)

Amerika di Era Donald Trump

Karena itu, ketika kejiwaan dan kepribadian yang tidak stabil Trump berkolaborasi dengan struktur internal yang terbelah secara sosial dan politik serta kelembagaan. Inilah yang menjelaskan jenderal-jenderal Amerika membantu Trump dalam membangun pemerintahannya dan keterlibatannya dalam pertempuran internal yang tajam dengan media massa di satu sisi dan dengan tradisi Lembaga pemerintahan Amerika di sisi lain. Selain itu ada perbedaan dengan pembantu-pembantu terdekat yang dipilih Trump sendiri.

Lebih dari itu, keterangan resmi tidak langsung dari Barack Obama dan George W Bush terkait dengan kondisi Amerika, dalam pertemuan lima mantan presiden Amerika yang masih hidup; Carter, George Bush, George W Bush, Clinton dan Obama. Mereka berkumpul bukan hanya menghimpun donasi untuk bencana alam di Amerika saat itu, namun memiliki pesan lain.

Harus menjadi catatan, serangkaian langkah politik Trump sejak tahun pertama menjabat berakhir gagal dan gagal. Dimulai dari RUU Anti Imigran, Anti Kesepakatan Nuklir dengan Iran, bahkan AS harus diboikot oleh Rusia, Cina, Jerman, Inggris dan Perancis.

Kemudian, Konferensi Riyadh yang menghimpun 53 pemimpin-pemimpin Arab dan negara-negara Islam sebagai titik mobilisasi anti Iran, Hezbollah dan Hamas yang berakhir gagal karena Saudi, Mesir, Emirat dan Bahrain memboikot Qatar. Pertempuran berubah menjadi anti Qatar dan bukan anti Iran. KTT Riyadh pun harus masuk ke laci. Ini menjadi bukti kegagalan Trump dalam langkah politiknya.

Kegagalan yang sama terjadi pada langkah Trump terhadap isu Palestina yang memberikan solusi dengan nama “Perjanjian Bersejarah” (atau dikenal dengan Perjanjian Abad Ini atau Seabad atau apapun namanya). Dua pembantunya Jared Kushner dan Jason Granblate ditugasi mempersiapkan perjanjian dengan lawatan rombongan kunjungan untuk bertemu dengan Mahmoud Abbas, Netanyahu dan Saudi. Namun usaha ini seperti berputar di tempat dan tidak ada langkah apapun. Presiden Mahmud Abbas mengumumkan akan melakukan langkah khusus berlipat untuk memblokade Jalur Gaza untuk mengakhiri perpecahan dengan cara mendatangkan Hamas dengan cara menyerah. Hal itu setelah Jalur Gaza ditenggelamkan dalam krisis listrik gelap gulita, obat distop, air layak minum, bantuan kesehatan dan sosial serta keuangan juga distop.