Dalam Bidang Energi, Indonesia Kerjasama dengan Negara Komunis RRC

Beberapa perusahaan RRC berinvestasi dan beroperasi di Indonesia di bidang minyak dan gas bumi dengan wilayah kerja Operasional Blok dan Non-Operasional Blok, yaitu: SINOPEC (KKKS Non-Operasional Blok) Petrochina (KKKS Operasional Blok) dan CNOOC (KKKS Operasional Blok dan Non-Operasional Blok).

Kedua, investasi perusahaan RRT di bidang ketenagalistrikan.

Perusahaan-perusahaan RRC ikut berpartisipasi dalam investasi bidang ketenagalistrikan di Indonesia, baik itu dalam proyek 35 GW maupun proyek ketenagalistrikan di luar proyek 35 GW.

RRC turut berinvestasi dalam proyek bidang ketenagalistrikan 35 GW, dalam dua skema yaitu: EPC (Enginering, Procurement, and Construction) sebesar 3 persen dan IPP (Independent Power Producer) 36 persen dari total keseluruhan.

Selain itu, RRT juga ikut berpartisipasi aktif dalam beberapa proyek di luar Proyek 35 GW, seperti: PLTU Banten I, PLTU Banten II, PLTU Banten III, PLTU I Jawa Barat, PLTU II Jawa Barat, PLTU I Jawa Tengah, dan beberapa PLTU besar lainnya di wilayah Indonesia.

Pada investasi di bidang hilir minerba, Alumunium Corporation of China Ltd. (Chinalco) bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk dan PT Inalum membangun Smelter Grade Alumina di Kabupaten Mempawah (SGA Mempawah), Kalimantan Barat. Smelter yang direncanakan memiliki kapasitas satu juta ton per tahun ini diperkirakan menelan investasi sebesar 1,5-1,8 miliar dolar AS.

Selanjutnya, Antam dan Inalum akan membentuk perusahaan patungan atau JV dengan Chinalco. JV ini akan mengoperasikan smelter, dengan pihak Indonesia memegang saham mayoritas, minimal 51 persen. PT Antam memiliki cadangan terbukti bauksit (bahan baku alumunium) sebanyak 100 juta ton ditambah potensi yang ada di area konsensi sekitar 200 juta ton. Cadangan bauksit Indonesia adalah terbesar ke-8 dunia sedangkan nilai ekspornya peringkat kedua terbesar. (kl/ts)

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-pre-order-eramuslim-digest-edisi-12-bahaya-imperialisme-kuning.htm