Setahun Penggusuran, Warga Kampung Akuarium Memilih Bertahan di Reruntuhan

Eramuslim.com -Berteman reruntuhan rumah mereka yang hancur dirobohkan buldozer tepat setahun lalu, tak membuat warga kampung Akuarium untuk pindah. Warga secara swadaya membangun kembali bangunan semi permanen yang berdinding triplek dan beratapkan seng.

Salah seorang tokoh masyarakat di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Teddy Kusnendi (57) mengatakan, ada beberapa alasan warga enggan pindah dari Kampung Akuarium. “Yang pernah pindah ke sana (rumah susun) bilang nggak enak,” ujarnya saat ditemui Republika di kampung Akuarium saat acara peringatan satu tahun penggusuran, Selasa (11/4).

Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) yang disediakan pemprov DKI Jakarta Marunda, Cilincing, dan Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur, menurut warga asli kampung Akuarium, tidak hanya menjadi tempat yang tidak nyaman. Namun, tempat tersebut juga memutuskan mata rantai penghidupan mereka.

“Semenjak digusur, sekitar 70 persen warga yang pindah kehilangan mata pencaharian. Di sini kan banyak yang jadi nelayan, sama jadi buruh di pasar ikan,” ujarnya.

Teddy mengatakan, orang-orang yang terdata menjadi warga Kampung Akuarium yang tinggal di rusunawa adalah orang-orang pendatang yang mengontrak di kampung. “Ya mereka sih enak, bukan warga asli sini, makanya mereka mau terima rusun,” katanya.

Berbeda dengan warga asli Kampung Akuarium. Warga yang memiliki rumah dan tanah di kampung tersebut lebih memilih bertahan, karena memang mereka lahir dan besar di kampung tersebut. “Kita punya tanah dan rumah di sini,” katanya.

Tepat 11 April setahun lalu,Pemprov DKI Jakarta meratakan Kampung Akuarium. Hingga saat ini, alasan revitalisasi kota tua yang kerap diucapkan oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kala itu, masih belum jelas wujudnya. Warga berharap, agar perumahan mereka yang sudah luluh lantak bisa kembali dibangun untuk kesejahteraan warga Kampung Akuarium. (jk/rol)

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-pre-order-eramuslim-digest-edisi-12-bahaya-imperialisme-kuning.htm