Sampah Pemuda

Masih berkisar mulut, ada yang suka celetukan tanpa bobot, bahkan menyebut istilah-istilah kotor, nama-nama binatang untuk menjudge orang lain, sumpah serapah, lawakan tak bermutu, celetukan porno, isilah yang artinya berupa penghinaan / bulliying namun karena keseringan diucpakan jadi hal biasa.Teriakan yang tanpa tujuan, komentar hanya sekedar mencari sensasi, provokasi  negative dan sebagainya.

Dari mulut , beralih ke mata sampah, berarti mata yang suka melihat sampah. Gambar-bambar sampah, tayangan-tayangan sampah, film-film sampah, pertunjukan sampah, acara-acara sampah. Diantara tayangan sampah adalah berbagai bentuk kemusyrikan dengan segala promosinya, tayangan kekerasan kebuasan serta keberingasan, tayangan kehidupan glamor, hedonism, kenikmatan, kemewahan dan sebagainya, tayangan seks, ekploitasi tubuh, serta nafsu birahi, tayangan horor, syithan, hantu, kuntilanak yang meracuni otak manusia. Berbagai bentuk hiburan, nyanyian, tarian, lawakan atau pertunjukan apapun yang tidak punya nilai edukatif, murahan, tanpa bobot, dan sejenisnya.

Kalau kita mau jujur mengamati keadaan, maka kita akan menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan, suasana hidup dan gaya hidup masyarakat kita. Sudah sangat kecanduan dan kehausan dengan berbagai hiburan, sehingga boleh dibilang sudah sangat over dosis. Televisi sudah menjadi teman hidup yang harus 24 jam nonstop menyala. Ceremonial apa saja harus ada hiburannya, bahkan pernah ada usulan di kantor dewan pun harus ada ruangan karouke.

Semakin lama berbagai tayangan edukatif semakin tidak diminati, lihat saja berubahnya orientasi TPI. Investor akan berfikir seribu kali kalau mau membuat televisi edukasi. Sudah sedemikian membusuk mata sampah, sehingga enggan menyaksikan acara-acara yang bermanfaat, punya nilai edukatif serta penambahan spiritual. Makanya acara yang berbobot  seperti santapan ruhani diletakkan di pagi hari pukul 05.00, waktu orang mulai sibuk bersiap untuk kerja ke kantor. Hampir tidak ada yang mau memasang iklan pada jam jam seperti itu. “Tuhan sangat miskin dan syaithan sangat kaya kalau dilihat dari tayangan-tayangan televisi”. Celetuk seorang kru televisi swasta.