Kesederhanaan Rasulullah SAW dan Tangisan Abu Bakar

“Ya, Rasulullah, hanya inikah persiapan untuk Fatimah?” tanya Abu Bakar tersedu-sedan.”Ini sudah cukup bagi orang yang berada di dunia,” jawab Rasulullah menenangkannya. Kemudian Fatimah keluar dari rumah dengan memakai pakaian pengantin yang cukup bagus, tetapi mempunyai 12 tambalan, tanpa perhiasan yang berharga mahal.

Setelah menikah, Fatimah rutin menggiling gandum, membaca al-Quran, mentafsirkan kitab suci dengan hatinya, dan menangis. Itulah salah satu kemuliaan diri Fatimah. Acara pernikahan putri Rasulullah itu memang sederhana kerana kesederhanaan merupakan bagian dari kehidupan Rasulullah sendiri.

Sebenarnya, Rasulullah mampu menyelenggarakan acara pesta mewah untuk pernikahan puterinya dengan meminta bantuan para sahabat yang kaya.

Namun, sebagai manusia agung, kemegahan tidaklah bermakna. Rasulullah ingin menunjukkan kesederhanaan dan sifat qanaah (puas hati), yang merupakan kekayaan yang hakiki. Rasulullah pernah bersabda, “Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan iman dan dicerminkan dalam sifat qanaah.”

Bersifat qanaah berarti menerima ketentuan Allah dengan sabar, dan menarik diri dari kecintaan kepada dunia. Iman, kesederhanaan dan qanaah adalah sesuatu yang tidak boleh dipisahkan. Seorang mukmin akan bersikap sederhana dalam hidupnya, dan kesedehanaan itu ditunjukkan daripada sifat qanaahnya.

Rasulullah bersabda, “Qanaah adalah harta yang tidak akan hilang dan simpanan yang tidak akan lenyap.”

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah berkata, “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripadamu dan jangan melihat kepada orang yang lebih tinggi. Itulah tembok yang kukuh supaya kamu tidak menghina pemberian Allah kepadamu.” (Riwayat Bukhari)

Sifat qanaah itu sangat dijunjung oleh Islam, Rasulullah selalu menganjurkan supaya berqanaah dalam kehidupan, yakni merasa puas dan cukup dengan apa yang ada saja. Apa yang telah ditentukan oleh Allah dari rezeki sehari-hari, syukuri tetapi usaha mestilah diteruskan.

Jangan sampai berdukacita akan kekurangan rezeki atau penderitaan hidup, karena itu telah ditakdirkan Allah SWT. Segala takdir dan ketentuan dari Allah SWT itu ada hikmatnya. (kl/rol)