Kisah Aktivis Mahasiswa Merasa Tertipu Acara Rembuk Nasional Aktivis 98

Foto: Tirto

Eramuslim.com – Fatur, seperti banyak mahasiswa tingkat pertama pada umumnya, masih menggebu-gebu untuk tahu apa pun yang terkait dengan dunia aktivisme. Dia membaca buku harian Soe Hok Gie, membaca literatur-literatur yang terkait gerakan mahasiswa, ikut-ikutan diskusi yang kadang berujung debat kusir, dan sebagainya.

Maka ketika ada ajakan untuk ikut acara dengan embel-embel nama “aktivis 98”, ia tidak butuh waktu lama untuk mengiyakan. Ajakan datang dari teman seangkatannya di salah satu kampus swasta di Jakarta. Pada 19 Juni, belum genap seminggu setelah lebaran, kawan itu mengontaknya, meski acara akan diselenggarakan pada 7 Juli.

“Akhirnya bilang mau ikut karena tertarik. Juga merasa enggak enak karena di-chat terus [selama] satu bulan itu,” katanya kepada saya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, malam tadi (9/7/2018).

Apa yang Fatur tahu sampai detik ketika bilang setuju adalah: acara itu bertajuk Rembuk Nasional Aktivis 98, bakal dihadiri mereka yang sempat ikut gelombang demonstrasi menggulingkan Soeharto, bakal berlangsung di Monumen Nasional dan membicarakan apa yang disebut dengan “masalah kebangsaan.”

Sehari sebelum acara, Fatur kembali dikontak kawannya itu. Informasi yang disampaikan: acara tetap berlangsung, berkumpul di kampus terlebih dulu untuk bersama-sama ke lokasi, tapi tidak lagi di Monas melainkan JIExpo Kemayoran.

“Ok. Siap,” tanpa ragu Fatur membalasnya.

Pukul sembilan kurang Fatur sudah ada di kampus bersama temannya itu, plus 20 orang lain. Hanya butuh waktu beberapa menit sampai ia menemukan keanehan pertama. Alih-alih memakai jaket almamater seperti demonstrasi-demonstrasi pada umumnya, kawannya itu lekas membagikan kaos hitam dengan logo “98”, lengkap dengan tulisan berukuran lebih kecil: “20 Tahun Reformasi.”