Berdagang Kemiskinan

Sharing Prosperity

Dalam rekomendasi Komisi Atkinson (World Bank), “sharing prosperity” atau berbagai kesejahteraan merupakan alat bantu yang dilampirkan dalam setiap laporan mereka atas setiap negara. Berbagai kesejahteraan adalah strategi utama bagi setiap negara jika ingin mengklaim keberhasilannya mengurus negara.

Gini, atau ketimpangan di Indonesia, yang diukur berdasarkan pengeluaran, sebesar 0,4 diperkotaan dan 0,32 di pedesaan. Ukuran yang tinggi. Secara gabung angka ini di klaim menurun 0,002 dari tahun lalu sebesar 0,391 menjadi 0,389 tahun ini.

Apa yang membuat Gini bisa menurun? Mungkinkah Gini menurun jika pemerintah mengontrol upah buruh pada nilai inflasi? mungkinkah ketimpangan mengecil jika jumlah asset produktif lapisan orang miskin mengecil dan jumlah asset produktif orang kaya membesar?

Dalam “Capital”, Thomas Pikkety, 2017,  membahas penurunan ketimpangan di beberapa negara barat sepanjang 1810-2010. Penurunan kemiskinan terjadi dalam kurun itu setidaknya karena tiga hal, pertama adanya perang dunia sebanyak dua kali, di mana orang orang kaya kehilangan assetnya; adanya sosialisme atau kecenderungan negara berpihak pada orang miskin. Dalam hal mana pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan memperkecil “gap”. ; adanya kegagalan dalam “reproduksi kemiskinan” karena keberhasilan dunia pendidikan dan lapangan kerja.

Ketiga hal di atas tidak terjadi di  Indonesia. Sehingga, mengharapkan perubahan kesenjangan menjadi barang mahal.

Kemiskinan dalam situasi ketimpangan akan menjadi alat mudah untuk propaganda politik, baik digunakan pemerintah berkuasa maupun oposisi.