Kala Sidang Ungkap Para Laskar FPI Memohon tidak Dianiaya

Selanjutnya, Ratih mengatakan, satu persatu empat yang tiarap itu diminta untuk jongkok ke belakang mobil Daihatsu Xenia, mobil yang dikendarai oleh laki-laki bersenjata pistol. “Semuanya disuruh masuk dari belakang (mobil B 1519 UTI),” ujar Ratih.

Dua orang yang tak berdaya tadi, pun dipaksakan masuk ke dalam mobil tersebut dengan cara digotong. Selepas itu, Ratih tak mengetahui apa yang terjadi terhadap total enam orang yang berada dalam satu mobil itu.

Adapun saksi Eis,menerangkan, hanya ada satu senjata tajam yang ia lihat di meja makan warung Megarasa. Yakni, samurai yang bergagang biru.

Ketika jaksa mengkonfirmasi tujuh senjata tajam yang dijadikan alat bukti, Eis, perempuan yang baru berusia 17 tahun itu, hanya mengaku melihat satu senjata tajam jenis samurai. “Iya, saya melihat hanya satu,” ujar Eis.

Eis memastikan tak melihat adanya senjata api yang digeledah dari mobil Spin abu-abu yang diletakkan di meja makan. “Nggak ada. Nggak lihat (ada senjata api),” ujar Eis menambahkan.

Adapun Khotib, alias Badeng, si supir truk derek di persidangan mengakui dirinya, sebelum kejadian dini hari itu, memang sengaja ngetem di Megarasa tempat sehari-harinya menunggu rezeki. “Hari itu, saya memang ada order dari PJR (patroli jalan raya),” ujar Khotib.

Laki-laki paruh baya itu, mengaku sejak Ahad (6/10) siang, ia mendengar kabar bakal adanya mobil rangkaian vaksin yang melintas dari arah Jakarta menuju ke Bandung, Jawa Barat (Jabar). “Jadi setiap hari saya memang di situ (Megarasa). Kalau ada order (derek) saya yang bawa,” terang Khotib.

Khotib, pun punya cerita yang sama seperti Ratih. Tetapi bedanya, Khotib menambahkan, usai kejadian, ia diminta oleh seseorang yang terlibat dalam situasi di depan Megarasa tersebut, untuk menderek Chevrolet Spin ke arah Jakarta.

“Saya diminta bawa ke daerah Semanggi (Jakarta),” terang Khotib.

Ia pun tak sendiri membawa mobil pembawa itu. Setelah dalam perjalanan, ia baru tahu Chevrolet Spin tersebut, akan dibawa ke Polda Metro Jaya.

“Saya dikawal satu Grand Max putih di depan,” ujar Khotib.