Kudeta di Tumapel

Ini berarti bahwa berpolitik ditujukan untuk mempertinggi kemuliaan manusia, bukan sebaliknya. Tindakan berpolitik menjadi sarana manusia untuk mewujudkan kemanusiaannya. Politik akan kehilangan nilai profetiknya jika tidak berada dalam koridor nilai tersebut.

Tetapi, kadang orang  lebih senang memilih “Jalan Tumapel”, sekalipun kehilangan nilai profetiknya. Oleh karena, politik adalah mahkluk hidup yang memiliki beribu-ribu otak, kaki, tangan, mata, pikiran, hasrat, nafsu, dan keinginan, kata Cicero (106-43 SM).

Dengan semua itu, ia akan menggeliat, berpura, berlari, mencengkeram, menerkam, menggigit, dan kalau perlu menelan mentah-mentah semua lawannya. Dan, kerap kali bergerak ke arah yang tak terduga, memberikan kejutan.

Terkadang tindakannya itu, sekadar untuk memuas diri sendiri, untuk membuktikan bahwa orang lain yang sok tahu tentang dirinya, salah. []

Penulis: Trias Kuncahyono